Beasiswa Dosen Kuras Kopertis
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/345042/
Monday, 16 August 2010
YOGYAKARTA(SI) – Dana peningkatan mutu dan kualitas perguruan tinggi swasta (PTS) 2010 yang dikelola Kopertis Wilayah V Yogyakarta lebih banyak terserap untuk bantuan beasiswa dosen ke luar negeri.
Dari total anggaran Rp22,7 miliar, lebih dari 95%-nya digunakan untuk bantuan studi para dosen ke luar negeri.Koordinator Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah V Yogyakarta, Budi Wignyosukarto mengatakan, tingginya dana beasiswa ke luar negeri sejalan dengan program pemerintah yang menginginkan adanya peningkatan jumlah dosen bergelar doktor. Untuk tahun ini, dari total dana beasiswa ke luar negeri sebesar Rp21 miliar, rencananya akan diperuntukan bagi 63 orang dosen. ”Total anggaran disesuaikan dengan proposal beasiswa yang diajukan.
Bagi dosen yang berminat menerima berbagai bantuan anggaran di atas,bisa mengajukan melalui kopertis untuk selanjutnya kami proses,” katanya kepada wartawan kemarin. Dana beasiswa yang dikelola Kopertis merupakan bantuan dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).Terkait pengelolaannya telah disesuaikan dengan petunjuk pelaksana (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). ”Dana yang dikucurkan selain untuk beasiswa dosen bersekolah di luar negeri juga dialokasikan untuk penelitian mahasiswa dan dosen,”katanya.
Khusus untuk anggaran bantuan penelitian bagi para dosen PTS, alokasinya terdiri atas bantuan pengabdian kepada masyarakat sebesar Rp100 juta,bantuan penelitian dosen muda Rp1,2 juta,bantuan seminar hasil penelitian dosen Rp91 juta, dan bantuan penelitian dosen Rp225 juta. Alokasi dana yang dikelola Kopertis memang terlihat timpang. Hal itu disebabkan dana penelitian khususnya bagi PTS hingga saat ini masih dikelola pemerintah pusat. Rencananya, pengelolaan dana penelitian akademis bagi kampus swasta baru mulai diberlakukan 2011. ”Desentralisasi anggaran penelitian diharapkan menjadi langkah positif dalam rangka mendorong kuantitas dan kualitas riset yang dilakukan perguruan tinggi,”paparnya.
Dana penelitian yang dikelola pusat, selama ini kurang efektif karena anggaran lebih banyak terserap di kampus-kampus besar. Sementara kampus kecil jarang sekali menerima dana dari pemerintah. Hal itu dinilai mengurangi daya kompetitif. ”Jumlah karya ilmiah yang telah dipatenkan hanya 43 buah. Angka tersebut jauh tertinggal dari Malaysia yang telah membukukan lebih dari 600 karya ilmiah,”ungkapnya.
Rektor UII Edy Suandi Hamid menilai kebijakan sentralisasi dana penelitian memang tidak berdampak langsung terhadap UII. UII tercatat sebagai kampus swasta yang paling banyak menerima dana penelitian.Kendati demikian, imbasnya sangat dirasakan kampus-kampus kecil. Atas dasar tersebut, pihaknya sangat mendukung kebijakan desentralisasi agar terjadi pemerataan alokasi dana. (arif budianto)