CATATAN AKHIR TAHUN 2010 DAN ANTISIPASI BENCANA 2011
http://www.bnpb.go.id/irw/berita.asp?id=240

Sumber : Pusdatinmas

Tanggal : 31/12/2010
Trend bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang merupakan jenis bencana yang dominan di Indonesia. Bencana hidrometeorologi terjadi rata-rata hampir 70% dari total bencana di Indonesia. Perubahan iklim global, perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya jumlah penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana di Indosnesia. Bencana tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar.

Pada tahun 2010, bencana di Indonesia terjadi sekitar 644 kejadian bencana. Jumlah orang meninggal mencapai 1.711. Menderita dan hilang sekitar 1.398.923 orang. Rumah rusak berat 14.639 unit, rusak sedang 2.830 unit dan rusak ringan 25.030. Dari 644 kejadian bencana tersebut, sekitar 81,5% atau 517 kejadian bencana adalah bencana hidrometerologi. Sedangkan bencana geologi seperti gempabumi, tsunami dan gunung meletus masing-masing terjadi  13 kali (2%),  1 kali (0,2%) dan 3 kali (0,5%). Namun jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh bencana geologi tersebut besar.

Dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah kejadian dan korban serta kerugian yang ditimbulkan bencana lebih kecil pada tahun 2009. Pada tahun 2009, jumlah kejadian bencana mencapai 1.675 kejadian. Jumlah korban meninggal mencapai 2.620 orang, menderita dan mengungsi sekitar 5,5 juta orang dan menimbulkan kerusakan rumah mencapai lebih dari 500 ribu unit. Pada tahun 2009 bencana gempabumi di Jawa Barat dan Sumatera Barat adalah bencana terbesar pada tahun tersebut.

Pada tahun 2010, bencana besar yang terjadi di Indonesia antara lain: Tanah longsor di Ciwidey Jawa Barat pada 22 Februari 2010 yang mengakibatkan 44 orang meninggal. Banjir di hulu dan hilir Sungai Citarum Jawa Barat pada Maret 2010 yang menyebabkan sekitar  105 ribu lebih orang mengungsi. Banjir bandang Wasior pada 5 Oktober 2010 dengan korban 291 orang meninggal. Gempabumi dan tsunami di Mentawai dengan korban 509 orang meninggal, dan letusan gunungapi Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta menyebabkan 386 orang meninggal.

Ditinjau dari  sebaran kejadian bencana, maka Kabupaten Bojonegenoro, Cilacap, Kota Samarinda, Bandung dan Pasir adalah kabupaten yang memiliki jumlah kejadian bencana terbanyak di Indonesia. Sedangkan dari sebaran jumlah korban orang meninggal, maka kabupaten Mentawai, Teluk Wondamam Sleman, Magelang, Bandung dan Klaten adalah wilayah yang memiliki jumlah koran terbanyak di Indonesia akibat bencana.

Kerugian yang ditimbulkan oleh bencana selama tahun 2010 cukup besar. Beberapa kerugian dan kerusakan akibat bencana yang sudah dihitung dengan menggunakan metode Damage and Lossess Assessment oleh BNPB dan Bappenas menunjukkan kerugian yang cukup besar. Kerugian dan kerusakan bencana banjir bandang Wasior mencapai Rp 208,6 miliar, Mentawai Rp 315 miliar dan Merapi lebih dari Rp 4,1 trilyun. Total kerugian dan kerusakan akibat bencana dari 644 kejadian di Indonesia diperkirakan lebih dari Rp 15 trilyun rupiah.

Kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pemulihan ekonomi dari bencana memerlukan dana yang sangat besar. Untuk Wasior kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi mencapai Rp 370,4 miliar. Sedangkan untuk kebutuhan percepatan pemulihan ekonomi mencapai Rp 600 miliar sehingga diperkirakan kebutuhan totalnya sekitar Rp 1 trilyun. Demikian pula dengan Mentawai, kebutuhan rehab rekon mencapai Rp 368,3 miliar. Untuk Merapi, kebutuhannya lebih besar daripada bencana lain yang terjadi selama 2010. Saat ini kebutuhan tersebut baru dihitung dengan metode Human Needs Recovery Assessment.

Pemerintah telah menganggarkan Rp 4 trilyun dalam DIPA 2011 untuk dana bantuan sosial penanggulangan bencana. Dana tersebut digunakan untuk mengcover seluruh bencana di Indonesia sehingga kurang dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Untuk itulah maka rehab rekon Wasior, Mentawai dan Merapi diperkirakan selesai hingga tahun 2013.

Bagaimana prediksi bencana tahun 2011?

Bencana hidrometerologi khususnya banjir, banjir bandang, tanah longsor dan puting beliuang akan makin meningkat di tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh adanya anomali cuaca, dimana berdasarkan prakiraan dari berbagai lembaga meteorologi terkemuka dunia seperti NOAA, Jamstec, BoM dan BMKG menyimpulkan bahwa curah hujan di Indonesia akan terjadi di atas normal hingga Maret 2011. Indikasi dari menguatnya La Nina, Dipole Mode dan kenaikan suhu muka air laut di perairan Indonesia menyebabkan suplai massa uap air di atmosfer berlimpah sehingga hujan akan di atas normal.

Untuk bencana geologi, khususnya gempabumi, tsunami dan gunung meletus belum dapat diprediksikan secara pasti. Kemampuan iptek saat ini belum dapat memprediksikan secara tepat kapan, berapa besar dan dimana kejadian gempa dan  tsunami akan terjadi. Namun demikian kesiapsiagaan harus terus ditingkatkan karena wilayah Indonesia rawan terhadap gempa dan tsunami. Di Indonesia kabupaten/kota yang memiliki risiko tinggi gempabumi sebanyak 184 kab/kota. Sedangkan tsunami 150 kab/kota, letusan gunungapi 78 kab/kota, banjir, 176 kab/kota, dan tanah longsor 154 kab/kota. 1 dari 3 desa di Indonesia rawan terhadap bencana dari total sekitar 73 ribu desa di Indonesia.

Oleh karena itu upaya penanggulangan bencana di Indonesia harus terus ditingkatkan. Pada tahun 2011 beberapa kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana antara lain:

1.     Penyelesaian rehab rekon untuk Wasior, Mentawai dan Merapi

2.     Penyelenggaraan Asean Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF-DiReX 2011) di Menado pada 13-18 Maret 2011. Kegiatan latihan penanggulangan bencana tersebut diikiti oleh 27 negara dengan melibatkan peserta sekitar 10 ribu dengan berbagai peralatan seperti helicopter, pesawat terbang, kapal, mobil recue dan sebagainya.

3.     Penyusunan peta risiko bencana nasional di tingkat provinsi. Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi akan dipetakan risiko bencana dengan basis peta dasar 1:50.000. Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan skala 1: 25.000 dan lainnya 1:100.000. Indonesia akan menjadi negara pertama di dunia yang memiliki peta risiko hingga tingkat kedetilan seperti tersebut dan hal ini disampaikan oleh UN-ISDR (United Nation the International Strategic for Disaster Reduction)

4.     Penyusunan rencana penanggulangan bencana daerah di tingkat provinsi untuk 33 provinsi.

5.     Peningkatan kesiapsiagaan pemerintah, swasta dan masyarakat.

6.     Sertifikasi relawan dengan target 10 ribu relawan pada tahun 2011.

7.     Peningkatan pengurangan risiko bencana melalui program-program nasional di kementerian, lembaga dan komunitas.

8.     Peningkatan kapasitas bagi BPBD di daerah.

9.     Dan sebagainya.

Oleh:

DR. Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB

Jakarta, 30 Desember 2010