UNIVERSITAS KELAS DUNIA
Menarik Mahasiswa Internasional (I)
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/30/11062265/Menarik%20Mahasiswa%20Internasional

Rabu, 30 Maret 2011 | 11:06 WIIB
Oleh Dr Shannon L Smith

KOMPAS.com – Memiliki mahasiswa internasional terdaftar di suatu kampus adalah suatu poin plus bagi universitas mana pun yang ingin mencapai status kelas dunia. Terlebih lagi, pertukaran cendekiawan akan meningkatkan reputasi Indonesia untuk ilmu pengetahuan dan penelitian dan mengarah ke kolaborasi jangka panjang dengan centres of excellence di seluruh dunia, sehingga memberi para peneliti Indonesia akses ke temuan-temuan ilmiah besar terkini.

Namun, masalah dan tantangan yang lebih besar untuk Indonesia saat ini adalah meningkatkan jumlah mahasiswa internasional di kampus-kampusnya. Dari mana kemungkinan mahasiswa internasional ini berasal dan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa internasional di Indonesia? Bagaimana situasi yang ada?

Indonesia telah menarik 5.366 mahasiswa tersier internasional pada tahun 2007, menurut data resmi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Angka ini, meskipun menunjukkan peningkatan sebesar 13.4% pada tahun lalu, masih tetap rendah dibandingkan dengan mahasiswa internasional yang belajar di negara-negara tetangga seperti Malaysia atau Australia. Malaysia memiliki 47.928 mahasiswa tingkat universitas internasional, sementara Australia memiliki 177.760 mahasiswa pada tahun 2007.

Mayoritas mahasiswa internasional di universitas-universitas di Indonesia berasal dari Malaysia (53 %) dan Timor Leste (31 %). Kedokteran adalah jurusan favorit, dipilih oleh 47 persen dari mahasiswa internasional ini, diikuti oleh Ilmu-ilmu Sosial dan Teknik, yang masing-masing berjumlah di atas 900 mahasiswa.
Mahasiswa dari negara-negara lain seperti Cina, Korea Selatan, dan Jepang secara keseluruhan masing-masingnya berjumlah kurang dari 200. Amerika Serikat (AS) pun hanya diwakili oleh 29 mahasiswa. Ini hanya bagian kecil dari jumlah total mahasiswa AS yang pergi ke luar negeri untuk belajar biasanya untuk satu semester. Sebanyak 223.534 mahasiswa AS belajar di luar negeri pada 2006.

Tujuan paling populer untuk mahasiswa-mahasiswa ini adalah Inggris (32.705), diikuti oleh Italia dan Spanyol masing-masing lebih dari 20,000 mahasiswa. Cina menerima 11.064, sementara Thailand menerima 1.584 mahasiswa AS.

Tetangga yang untung

Berdasarkan data-data itu bisa dilihat, bahwa tetangga-tetangga Indonesia menerima lebih banyak daripada Indonesia yang hanya berjumlah 29 mahasiswa. Australia, dengan penduduk yang sedikit dibandingkan Indonesia atau AS, memiliki jumlah kecil mahasiswa yang belajar di luar negeri. Berdasarkan penelitian belakangan ini, sekitar 8.354 mahasiswa Australia mengambil program studi internasional tahun 2007. Jumlah ini hanya 6 persen dari jumlah total mahasiswa S-1 di Australia.

Adapun negara-negara tujuan terpopuler adalah di Eropa (39 % dari pengalaman), Asia (31 %) dan benua Amerika (25 %) dengan AS sebagai negara favorit bagi mahasiswa Australia yang akan belajar di luar negeri. Sebagai persentase dari jumlah total mahasiswa yang belajar di luar negeri, hanya 2 persen mahasiswa Australia menuju Indonesia, dibandingkan dengan persentase AS yang hanya 0,01 persen. Pada 2008, sekitar 150 mahasiswa Australia menjalani program studi formal di Indonesia. Para mahasiswa itu melakukannya di bawah program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) dan program Endeavour Student Exchange yang keduanya didukung oleh Pemerintah Australia. Sebanyak 100 lainnya atau lebih berpartisipasi dalam short courses intensif.

Lebih miris lagi, semua mahasiswa itu belajar bahasa Indonesia di samping seni (tari, musik) dan kebudayaan. Secara keseluruhan, maka wajar untuk dikatakan bahwa Indonesia tertinggal dari tetangga-tetangganya dalam hal menarik mahasiswa internasional.

Secara khusus, jumlah besar mahasiswa AS yang belajar di luar negeri setiap tahun adalah pasar yang belum disentuh dan umumnya diabaikan oleh universitas-universitas di Indonesia. Fokus Indonesia masih berkisar pada dua tetangga dekatnya, yaitu Malaysia dan Timor Leste, dan pada mahasiswa-mahasiswa yang belajar sepanjang masa studinya di Indonesia. Kini, tren global dari mobilitas mahasiswa internasional bergerak ke arah yang berlawanan. Pergerakan mahasiswa internasional didominasi oleh program-program studi jangka pendek di luar negeri.

Maka, kira-kira apa yang dapat universitas-universitas di Indonesia lakukan?

Penulis adalah Atase Pendidikan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta antara 2005 dan 2010.

>>>

Menarik Mahasiswa Internasional (II)
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/30/11492451/Menarik%20Mahasiswa%20Internasional%20II

Rabu, 30 Maret 2011 | 11:49 WIIB
Oleh Dr Shannon L Smith

KOMPAS.com – Indonesia tertinggal jauh dari tetangga-tetangganya dalam hal menarik mahasiswa internasional. Sampai saat ini fokus Indonesia masih berkisar pada dua tetangga dekatnya, yaitu Malaysia dan Timor Leste, serta mahasiswa-mahasiswa yang belajar sepanjang masa studinya di Indonesia.

Saat ini, tren global dari mobilitas mahasiswa internasional bergerak ke arah yang berlawanan. Pergerakan mahasiswa internasional didominasi oleh program-program studi jangka pendek di luar negeri (Baca: Menarik Mahasiswa Internasional)

Maka, kira-kira apa yang dapat universitas-universitas di Indonesia lakukan?

Memperbanyak jumlah pilihan yang tersedia bagi mahasiswa internasional di universitas-universitas Indonesia adalah langkah pertama. Sejumlah kecil mahasiswa internasional mungkin tertarik mempelajari bahasa dan kesenian Indonesia, tapi mayoritas mencari kesempatan mendapatkan pengalaman langsung dalam bisnis, hukum, perdagangan internasional, teknologi dan informasi, arsitektur, dan disain.

Program-program tersebut harus diselenggarakan dalam bahasa Inggris dan ditawarkan di tingkat S-1. Program-program itu juga mungkin menyediakan kesempatan magang di lembaga pemerintah atau perusahaan swasta yang sesuai. Tentu, memasarkan program-program internasional ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Situs atau website universitas juga harus memiliki ruang khusus yang disediakan untuk menggambarkan program-program internasionalnya, dan itu disampaikan dalam bahasa Inggris.

Di sisi lain, Kementerian Pendidikan Nasional bahkan perlu mengikuti langkah-langkah yang dilakukan seperti Malaysia (www.studymalaysia.com) dan Australia (www.studyinaustralia.gov.au), yaitu membuat portal web khusus yang disediakan untuk menggambarkan program-program internasional di seluruh Indonesia secara informatif dan menarik. Program-program internasional yang direncanakan dengan baik mungkin menjadi kunci bagi peningkatan jumlah mahasiswa internasional tanpa kehilangan kursi yang disediakan untuk warga negara Indonesia dalam program-program S-1 reguler.

Sebagai contoh, program gelar ganda internasional seperti yang ditawarkan di Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia (FKUI) bersama fakultas kedokteran di Australia. Program ini memungkinkan fakultas ini meningkatkan kapasitas daya tampungnya dan menyediakan kurikulum kedokteran internasional untuk warga negara Indonesia dan warga negara dari negara lainnya. Strategi itu jelas bisa meringankan beban pembiayaan untuk universitas-universitas otonomi, karena uang kuliah untuk mahasiswa lokal bisa disubsidi dengan pendapatan yang didapat dari mahasiswa internasional. Manfaat tambahannya juga ada, yaitu peningkatan pemasukan ekspor yang penting bagi negara ini.

Semua hal di atas dapat dengan mudah dicapai dan bukanlah hal baru. Di beberapa universitas saat ini sudah ada Kantor Internasional yang sangat aktif mengembangkan program-program pertukaran mahasiswa dan kemitraan riset internasional. Banyak juga yang telah melaksanakan program bersama yang diselenggarakan dalam bahasa Inggris. Tetapi, ada satu kendala yang harus diatasi.

Tidak seperti negara-negara lain di kawasan ini, Indonesia tidak memiliki kategori visa khusus untuk mahasiswa. Visa pelajar biasanya suatu kategori visa khusus untuk jangka waktu masa studi seorang pelajar ditambah beberapa minggu bagi pelajar tersebut untuk mengikuti kegiatan magang atau mendapat pengalaman kerja atau mengunjungi tempat-tempat wisata. Penggunaan visa sosial/budaya saat ini tidak mendukung kebutuhan mahasiswa internasional dalam cara yang sama. Indonesia bisa meningkatkan kedudukannya dalam panggung pendidikan dunia. Karena, negara ini memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan kepada mahasiswa internasional, termasuk pengalaman pendidikan bermutu, sebuah kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang Indonesia, kekayaan dan keragamannya, serta kesempatan untuk mendapatkan teman-teman seumur hidup!