UU Dikti Payungi Keberlanjutan Bidikmis


Oleh Firman Hidayat
Jakarta, 6 Desember 2012, “Sehingga ada jaminan, siapapun nanti (Menteri) yang di Kementerian ini, harus taat dan tunduk pada UU Pendidikan Tinggi,bahwa 20 persen dari mahasiswa baru yang diterima di PTN, harus disiapkan dari anak kurang mampu,” tegas Nuh saat membuka Forum Bidikmisi Nasional 2012 .

Dengan telah disahkannya Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, mahasiswa penerima Bidikmisi dan calon mahasiswa penerima Bidikmisi dapat bernafas lega mengenai keberlanjutan program ini. Meskipun kedepannya terjadi perubahan pimpinan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan UU Dikti sebagai landasan hukum, Program Bidikmisi dapat tetap dilanjutkan oleh kepemimpinan yang baru.

Dihadapan 500 mahasiswa penerima Program Bidikmisi berprestasi yang berasal dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, Mendikbud mengungkapkan rasa bangganya akan prestasi-prestasi yang telah diraih para mahasiswa baik di bidang akademik maupun non akademik. “Anda-anda semua adalah berlian-berlian yang mulai nampak, bayangkan, IP-nya saja 4, jumlahnya juga luar biasa, ratusan,” ujar Mendikbud dengan bangga. Data tersebut telah membantah tesis berkembang yang selama ini di tengah masyarakat, bahwa keterbatasan ekonomi akan membuat masa depan tertutup.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso dalam laporannya menyatakan bahwa hingga tahun 2012, jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi mencapai 91.412 orang. 85 persen di antaranya memiliki IPK di atas 2,75 . Adapun Forum Bidikmisi 2012 ini dihadiri 146 orang mahasiswa dengan IPK 4.0, 278 orang mahasiswa yatim piatu dengan IPK 3,6, 14 orang mahasiswa dengan bakat luar biasa di bidang seni, olahraga, pengembangan sains, menulis, dan pemenang kompetisi di tingkat nasional dan internasional, serta 41 orang mahasiswa dengan IPK tertinggi diluar kriteria di atas. Selain itu Forum ini juga mengadirkan 6 orang mahasiswa afirmasi dari Papua.

Forum Bidikmisi Nasional 2012 berlangsung selama empat hari, pada 5 – 8 Desember 2012. Pembukaannya berlangsung pada Rabu malam (5/12), di Gedung D Kemdikbud, Jakarta oleh Mendikbud Mohammad Nuh dengan didampingi Dirjen Dikti Djoko Santoso. Forum ini juga dihadiri juga oleh pejabat eselon I dan II di lingkungan Ditjen Dikti dan Kemdikbud, rektor-rektor PTN serta perwakilan perusahaan yang mendukung program Bidikmisi.

Forum Bidikmisi Nasional Dihadiri Ratusan Mahasiswa Berprestasi

12/06/2012
Jakarta — Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa Miskin (Bidikmisi) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah memasuki tahun ke-3 pada 2012 ini. Program beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ini dimulai pada tahun 2010, sebagai salah satu program unggulan dari Kementerian Pendidikan Nasional (saat itu), yang dicetuskan Mohammad Nuh sebagai Menterinya.

Tahun ini, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kemdikbud menyelenggarakan Forum Bidikmisi Nasional yang dihadiri hampir 500 mahasiswa penerima Bidikmisi berprestasi dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di seluruh Indonesia. Kegiatan yang diberi nama Forum Bidikmisi Nasional tersebut diadakan selama empat hari, pada 5 – 8 Desember 2012. Pembukaannya berlangsung pada Rabu malam (5/12), di Gedung D Kemdikbud, Jakarta, oleh Mendikbud Mohammad Nuh, didampingi Dirjen Dikti Djoko Santoso, dan dihadiri juga oleh rektor-rektor PTN serta perwakilan perusahaan yang mendukung program Bidikmisi.

Dalam laporannya, Dirjen Dikti Djoko Santoso mengatakan, hingga tahun 2012, jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi mencapai 91.412 orang. Para mahasiswa tersebut memiliki prestasi yang bagus. “85 persen di antaranya memiliki IPK di atas 2,75. Kemudian mahasiswa yang hadir pada hari ini kita pilih yang luar biasa. Yaitu pertama, mereka yang memiliki IPK 4,0. Di antara mereka ada juga mahasiswa yatim piatu dengan IPK 3,6. Di luar itu, adalah mahasiswa lain dengan bakat luar biasa di bidang seni, olahraga, pengembangan sains, menulis, dan pemenang kompetisi di tingkat nasional dan internasional. Termasuk mahasiswa yang diberikan afirmasi seperti dari Papua,” ungkap pelaksana tugas Rektor Universitas Indonesia tersebut.

Djoko merinci, dalam Forum Bidikmisi Nasional ini, mahasiswa dengan IPK 4,0 berjumlah 146 orang. Terdiri dari 99 orang perempuan dan 47 orang laki-laki. Kemudian dari mahasiswa yatim piatu dengan IPK 3,6 berjumlah 278 orang. Terdiri dari 178 perempuan dan 100 laki-laki. Sedangkan mahasiswa dengan prestasi lain, namun tetap memiliki IPK bagus, yaitu di atas 3,0, berjumlah 14 orang yang terdiri dari 8 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. Sementara mahasiswa dengan IPK tertinggi di luar kriteria-kriteria tersebut berjumlah 41 org. Terdiri dari 21 orang perempuan dan 20 orang laki-laki. Sedangkan mahasiswa yang diberikan afirmasi dari Papua ada 6 org. Terdiri dari 3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki.

Program kegiatan yang akan diikuti mahasiswa Bidikmisi dalam empat hari di antaranya menerima materi dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh yang sudah berhasil dalam bidang kepemimpinan dan kewirausahaan. Peserta juga akan mengikuti kunjungan wisata pendidikan. Selain itu, bersama Mendikbud, peserta akan menghadiri program televisi Bukan Empat Mata di Transtv. “Kemudian malam terakhir ditutup dgn sharing and caring,” ujar Djoko. Ia menuturkan, dengan pertemuan ini, diharapkan para penerima Bidikmisi menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan terinspirasi. Dan sanggup menjawab tantangan bangsa di masa yang akan datang.

Sementara dalam sambutannya, Mendikbud M. Nuh mengatakan, para penerima Bidikmisi diharapkan bisa menjadi agent of change atau agen perubahan. “Bukan sekedar menjadi pemimpin Indonesia, tetapi kita yakin seyakin-yakinnya, di samping memiliki kesempatan untuk menjadi agen perubahan di Indonesia, kita juga yakin akan menjadi agen perubahan dunia. Itulah bidikmisi,” katanya dengan penuh semangat.

Menteri Nuh juga mengatakan, adanya Bidikmisi bisa mematahkan satu tesis yang berkembang di masyarakat. Yaitu tesis jika kita memiliki keterbatasan ekonomi, maka kita tidak bisa berkembang. Meskipun penerima Bidikmisi berada dalam kondisi keterbatasan ekonomi, tapi mereka memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. “Kita buktikan kalau kita memiliki masa depan, bisa mengubah indonesia,” tutur mantan Rektor ITS tersebut.

Menteri Nuh juga menegaskan, program Bidikmisi tidak akan dihentikan meskipun dirinya tidak lagi menjabat sebagai Mendikbud. “Kegiatan Bidikmisi adalah kegiatan yg tidak bisa di-stop. Karena kita merasakan betapa nikmatnya bisa membahagiakan orang,” ucapnya yang disertai tepuk tangan semua peserta. Ia menambahkan, Kemdikbud melihat Bidikmisi sebagai program unggulan kementerian yang mengemban misi mencerdaskan bangsa. Bahkan dalam setiap kunjungan kerja menteri ke daerah-daerah, selalu dimasukkan agenda kunjungan ke PTN untuk bertemu dengan para penerima Bidikmisi, bahkan agenda kunjungan ke rumah para mahasiswa penerimanya. (DM, JR, RM)

Lewat Bidik Misi, Samsul Bisa Sekolahkan Adik

Samsul mampu melanjutkan kuliah sambil menyekolahkan lima adiknya lewat Bidik Misi. (Foto: Margaret P/Okezone)

Foto: Margaret P/Okezone
Kamis, 06 Desember 2012 09:50 wib
JAKARTA – Penerima beasiswa Bidik Misi asal Universitas Jambi (Unja) Samsul merupakan salah satu sosok inspirasional bagi kawula muda yang berasal dari keterbatasan ekonomi namun memiliki niat dan prestasi yang luar biasa. Lewat Bidik Misi, Samsul tidak hanya bisa melanjutkan kuliah tapi juga berhasil menyekolahkan adik-adiknya.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana bisa? Sementara para penerima beasiswa Bidik Misi hanya mendapat Rp600 ribu per bulan. Ternyata, selain menyisihkan setiap uang saku yang diterima dari program Bidik Misi, Samsul bekerja sebagai guru privat, tukang ojek, hingga beternak jangkrik.

Sepeninggal sang ibu pada 2010 lalu, Samsullah yang mengemban tanggung jawab sebagai orangtua terhadap lima adiknya. “Alhamdullilah saya bisa menyekolahkan adik-adik. Sekarang adik saya nomor tiga kelas lima SD dan yang keempat kelas satu SD. Uang dari Bidik Misi saya gunakan untuk membayar berbagai keperluan yang berjumlah besar seperti uang masuk sekolah dan perlengkapan sekolah. Kalau biaya sehari-hari dari hasil kerja saya sebagai guru privat dan bisnis kecil-kecilan,” tutur Samsul kepada Okezone seusai pembukaan Forum Bidik Misi di Gedung D Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan, Jakarta Selatan, tadi malam.

Mahasiswa semester lima ini bersyukur, melalui Bidik Misi yang diterimanya sejak dua tahun lalu, kini dia bersama adik-adiknya telah memiliki sebuah rumah tinggal yang layak walaupun menumpang pada tanah orang. Meski bukan rumah mewah, setidaknya mampu menjadi tempat berlindung. Sebab, menurut Samsul, atap rumahnya dulu sudah usang sehingga ketika hujan mereka tidak akan bisa tidur karena bocor di mana-mana.

“Uang Bidik Misi saya pakai untuk beli papan dan seng. Saya minta tolong tetangga untuk membangun tiang-tiangnya saja biar seng dan papan saya pasang sendiri. Saya buat rumah ukuran 4×6 meter yang dibagi rata menjadi empat kamar. Karena lantainya tanah, saya ambil spanduk dari kampus dan beli tikar untuk alas,” ungkap pemuda kelahiran Jambi, 18 Mei 1991 itu.

Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika Unja itu menjelaskan, semenjak berada di dunia kuliah, dia semakin mengenal peluang bisnis dengan berwirausaha. Beruntung, saat ini jadwal kuliahnya tidak terlalu padat sehingga bisa mengisi waktu luang dengan menjalankan kegiatan wirausaha.

“Peluang bisnis sejak kuliah semakin terbuka. Sekarang saya jual batik yang diambil dari toko (reseller). Tapi sebelumnya saya juga pernah ternak lele, kroto, semut rang-rang, dan jangkrik. Malah pernah jadi tukang ojek sebelum dan sesudah kuliah, Penghasilan Rp14 ribu. Sebesar Rp5 ribu untuk isi bensin, sisanya buat jajan adik-adik. Lebaran itu adik-adik tahunya baju baru. Kalau sudah dewasa tidak masalah, ini masih anak-anak,” terangnya.

Bekerja adalah tuntutan Samsul untuk dapat tetap menghidupi keluarganya. Namun, sebagai penerima Bidik Misi, dia juga mengemban tanggung jawab untuk mempertahankan nilai/prestasi akademis yang baik. Bagaimana dia melakukannya? Kuncinya, kata Samsul, adalah mampu menentukan prioritas.

“Saya tetap mengikuti kegiatan kampus. Tapi, ada prioritas, kegiatan apa yang harus diikuti apa yang tidak karena tidak semua kegiatan kan harus diikuti. Koordinasi dengan teman dan saling sharing itu penting,” imbuh Ketua Forum Bidik Misi Unja.

Saat ini, Samsul masih mengemban tugas untuk menyekolahkan tiga adiknya. Sementara dua adiknya yang besar telah memutuskan untuk berhenti sekolah karena memilih bekerja. Adik pertamanya bekerja sebagai supir angkot sementara adik ketiga bekerja sebagai kuli bangunan. “Tidak apa-apa kerja seperti itu yang penting mereka tidak lagi meminta uang jajan kepada saya. Tapi sesekali saya memberikan mereka 10 ribu,” ujar Koordinator Alumni Bidang Pendidikan MAN Cendekia se-Indonesia.

Mendapatkan tanggung jawab yang luar biasa besar untuk menggantikan posisi kedua orangtuanya menempa mental Samsul. Bahkan dia tidak menampik sempat ingin melarikan diri dari tanggung jawab tersebut dan memikirkan diri sendiri.

“Dibilang berat, ya, berat. Dikasih tanggung jawab berat karena Tuhan tahu kalau yang dikasih tanggung jawab itu mampu. Dulu waktu ibu enggak ada sempat ingin lari dari kenyataan. Ingin menghidupi diri sendiri saja. Tapi saya kepikiran adik-adik. Lagipula guru-guru saya bilang, kalau bisa menghidupi anak yatim pahalanya luar biasa dan adik-adik saya adalah anak yatim,” jelas pemuda yang bercita-cita menjadi Guru Besar itu.

Ketika mengalami kesulitan dan mencari tempat mengadu, pemuda yang memiliki hobi renang dan memancing itu akan menghubungi adik almarhumah ibunya yang berada di Lampung. “Tiga hari sebelum ibu meninggal, adik ibu ini datang menjenguk. Paman saya berniat untuk menghidupi kami keponakannya. Walaupun jauh dari rumah, minimal dua minggu sekali ada konsultasi tentang persoalan yang saya alami. Misalnya rumah bocor atau apa pun, mereka akan memberikan solusi,” tuturnya. (tamat)(rfa)