Serapan Rendah, Jumlah Mahasiswa Vokasi Hanya 5,6 %

20161229_203003
Menristekdikti Muhammad Nasir

29 Desember, 2016 – 20:04

JAKARTA – Tahun depan, pendidikan vokasi akan menjadi salah satu program prioritas dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Pasalnya, hingga akhir tahun ini, pendidikan vokasi baru menyerap sekitar 5,6 persen dari total mahasiswa nasional, jumlah serapan ini jauh lebih kecil dibandingkan negara lain.

” Di sejumlah negara maju, persentase mahasiswa lulusan vokasi dan umum hampir setara. Bahkan, di beberapa negara jumlah lulusan vokasi lebih banyak, contohnya di Austria, jumlah mahasiswa vokasi mencapai 78 persen. Untuk mendorong pertumbuhan politeknik, tahun depan kami akan melakukan revitalisasi 12 perguruan tinggi. “ujar Menristekdikti Muhammad Nasir dalam refleksi akhir tahun Kemenristekdikti 2016, di Auditorium Gedung D Kantor Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Rabu 28 Desember 2016.

Menurut Nasir, revitalisasi itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi vokasi di Tanah Air agar sesuai dengan kebutuhan industri. “Selama ini antara kebutuhan industri dan lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak relevan. “Untuk itu pemerintah bertekad melakukan revitalisasi,” tegas Nasir.

Menurut Nasir, pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhan pemerintah yang pada era Presiden Joko Widodo fokus membangun infrastruktur, baik di darat, laut dan udara. Mengingat hingga 2019 pemerintah akan sangat membutuhkan sarjana yang memiliki keahlian khusus di bidang teknik, sains, mesin dan matematika. Nantinya jumlah pendidikan vokasi seperti politeknik akan ditambah di setiap daerah, tak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Terutama di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal seperti di Indonesia Timur.

Sementara itu, Dirjen Kelembagaan Iptek Dikti Patdono Suwignjo, mengatakan pada 2017 pihaknya akan melakukan berbagai aturan baru yakni tidak memberikan izin  (moratorium) pendirian izin universitas baru. “Kecuali untuk institut teknologi dan perguruan tinggi vokasi” kata Patdono. Moratoroum ini sudah diedarkan melalui Edaran Menteri no. 2/M/SE/IX/2016 tentang Pendirian Perguruan TingginBaru dan Pembukaan Program Studi,  bisa baca di SINI 

Selain itu kata Patdono, tidak ada lagi pembukaan program studi baru selain program studi science, technology, engineering, dan mathematic (STEM). Patdono menyebutkan pihak industri juga akan mengubah pola rekrutmen karyawan baru yang lebih mengutamakan lulusan pendidikan vokasi. “Rekrutmen baru nanti, tidak lagi mengutamakan ijazah tetapi sertifikat kompetensi,” jelas Patdono.

Meski demikian, pihaknya mengakui pendidikan vokasi kalah populer dibandingkan universitas. Oleh karena itu, pihak Kemristekdikti juga melakukan sosialisasi untuk mengubah pola pikir mengenai pendidikan vokasi.

“Ke depan, kurikulum vokasi akan diubah dan akan melibatkan industri. Para dosennya pun sebagian besar industri dan akan menerapkan dual sistem yakni separuh pembelajaran di kampus dan sisanya industri,” pungkas Patdono.