Rp 13 Miliar Dianggarkan untuk Beasiswa 4.000 Mahasiswa Korban Bencana Gempa Lombok

Oleh: Dhita Seftiawan
10 Oktober, 2018 – 19:09

SEJUMLAH warga korban gempa menunaikan Salat Ashar.7

JAKARTA, (PR).- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyiapkan dana sebesar Rp 13 miliar untuk beasiswa mahasiswa korban bencana Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Dana tersebut akan dibagikan kepada 4.000 mahasiswa. Untuk beasiswa mahasiswa korban bencana Palu, Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah, Kemenristekdikti masih melakukan pendataan.

Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, beasiswa untuk mahasiswa Lombok akan mulai diberikan pada 13 Oktober 2018. Nasir akan mengunjungi langsung lokasi bencana untuk melihat perkembangan pembangunan kampus di sana. Menurut dia, penanganan kampus yang terdampak bencana di Lombok sudah hampir selesai.

“Kalau Lombok sudah tetap kuliah, sedangkan pembiayaan beasiswanya kami berikan tanggal 13 (Oktober) ini. Untuk mahasiswa yang terdampak gempa dan tsunami di Sulawasi tengah masih dalam proses. Kemenristekdikti belum bisa memastikan berapa jumlah korban dari mahasiswa dan dosen (di Sulteng),” ujar Nasir di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu 10 Oktober 2018.

Ia menjelaskan, setelah selesai pendataan, jumlah korban mahasiswa dan dosen di Sulteng akan diverifikasi. Sejalan dengan proses pendataan tersebut, Kemenristekdikti memobobilisasi perguruan tinggi negeri untuk turun membantu. Di antaranya melalui program Sit In. “Ada 36 PTN yang membuka Sit In. Kemenristekdikti juga menyiapkan skema perkuliahan daring,” katanya.

Ia mengatakan, hasil pendataan awal untuk korban di Sulteng baru akan dibahas 11 Oktober 2018. Dalam pembahasan yang melibatkan lembaga terkait terebut, Kemenristekdikti akan merinci berapa biaya yang akan digelontorkan untuk beasiswa mahasiswa korban bencana Sulteng.  “Paling enggak kan nanti selesai ini tanggap darurat di 11 Oktober, besoknya mulai kita rekap semuanya,” pungkas Nasir.

Ijazah yang hilang akibat bencana

Sementera itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memastikan ijazah siswa yang terdampak bencana tetap aman. Pasalnya, kendati ijazah fisiknya hilang atau rusak, data pendidikan siswa terekam di pangkalan Data Pokok Pendidikan (dapodik). Dengan demikian, ijazah baru bisa kembali diterbitkan.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, siswa korban gempa dan tsunami di Sulteng tidak perlu khawatir. “Itu gampang ada di Dapodik,  semua anak akan terdaftar di Dapodik jadi nanti tinggal memverifikasi saja,” kata Muhadjir.

Ia menuturkan, ijazah-ijazah yang hilang akan diganti secepatnya. Fokus pemerintah saat ini masih menangani anak-anak korban bencana untuk segera kembali bersekolah. “Mereka sudah mulai adaptasi dengan sekolah, sehingga keadaan trauma itu akan segera hilang,” katanya.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); jumlah sekolah yang rusak di Palu dan Donggala sekitar 2.300 ruang kelas. Jumlah tersebut belum termasuk data sekolah yang rusak di Sigi. Muhadjir mengatakan, biaya pembangunan untuk kelas darurat yang bisa dipakai paling lama setahun sekitar Rp 30 juta.

Ia mengatakan, proses pemulihan kegiatan belajar mengajar di lokasi bencana Palu, Donggala dan Sigi membutuhkan waktu 2 bulan. “Kerusakan bangunan sekolah di tiga daerah tersebut sangat parah. Model kelas darurat yang akan dibangun di Palu, Donggala dan Sigi akan mengadopsi bangunan yang sudah dibangun di lokasi bencana Lombok,” kata Muhadjir.***