Ambon, LLDIKTI12. Kebijakan Kampus Merdeka telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim, untuk mengimplementasikan konsep Kampus Merdeka ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi (Dirjen Dikti) telah bekerja sama dengan 5 (lima) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk membentuk konsorsium dalam rangka pertukaran mahasiswa guna mewujudkan konsep kampus Merdeka tersebut.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Nizam menyatakan Kampus merdeka belajar yang digagas Menteri Nadiem Makarim telah menjadi tranding topik dunia saat ini, Dirjen Dikti kata Prof Nizam telah banyak melakukan diskusi dengan kelompok diaspora Indonesia diberbagai universitas terkemuka diberbagai negara, termasuk dengan beberapa Duta Besar negara sahabat.

“Konsorsium ini melibatkan fakultas Teknik di lima PTN yakni Universitas Hassanudin, Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Mulawarman, saya mengapresiasi sekali untuk kerja sama ini, semoga menjadi cikal bakal untuk Kerjasama lainnya yang lebih intensif” ungkapnya.

Dikatakan, konsep Kampus merdeka disambut baik oleh para diaspora Indonesia diberbagai negara, Prof Nizam juga mengapresiasi pimpinan perguruan tinggi di Indonesia yang menyambut positif program Kampus Merdeka ini dengan berbagai program. “program ini dimulai dengan menyempurnakan kurikulum, penyiapan program dan implementasi program Kampus Meredeka tersebut” ungkap Prof Nizam saat peluncuran Logo Kampus Merdeka di Jakarta 14/9/2020. Melalui Webinar.

Program Kampus Merdeka lanjut Prof Nizam juga disambut baik di dunia internasional, Rektor NUS (National University of Singapore) menulis pada di reskrif times bahwa saat ini di masa pandemi Covid ke masa depan yang penuh dengan ketidakpastian maka kita harus menjebol tembok-tembok (sailo- sailo) keilmuan, kita perlu menjebol tembok-tembok program studi, karena permasalahan yang semakin kompleks membutukan semangat kolaborasi, interaksi, antar program studi, interaksi antar kampus dan kampus, antar kampus dengan  dunia  nyata/dunia  kerja,  jadi kita harus memerdekakan ruang-ruang sempit yang selama ini kita bangun melalui program-program studi, fakultas, departemen yang sangat tinggi temboknya sehingga untuk menyebrangi dari satu departemen ke departemen yang lain susah sekali karena temboknya sangat tinggi.

“nah semangat untuk memerdekakan ruang keilmuan yang sebetulnya tidak mempunyai batas nyata, inilah semangat dari kampus merdeka, kenapa demikian, karna  kita  ketahui  di  industri   revolusi ke empat ini tantangan ke depan sangat kompleks dan kita semua tidak tahu, ya seperti masa pandemi ini kita mengambil kebijakan A,  virusnya  bermutasi   menjadi B, kita mengambil kebijakan B berubah menjadi C, dan seterusnya berubah sangat cepat, nah sistem sosial dan perubahan ilmu pengetahuan teknologi juga sedemikian cepatnya “ ungkap Prof. Nizam.

Menurut Nizam, saat ini kita sedang menuju pada satu titik di mana antara mesin-mesin ciptaan manusia, dan kemudian mesin-mesin itu berinteraksi dengan manusia itu sendiri sehingga antara manusia dan mesin-mesin itu menjadi satu kesatuan sistem, kondisi ini tentu menciptakan suatu tatanan dunia yang berbeda dimana dunia itu sekarang ini kita hadapi. “jadi dunia esok itu sangat berbeda dengan apa yang kita hadapi saat ini, nah dunia saat ini sangat berbeda dengan dunia empat bulan lalu ketika belum ada pandemi” ungkapnya lagi.

Dalam kondisi seperti itu, maka kompetensi harus kita serahkan kepada adik-adik mahasiswa, karena itu kampus harus merdeka untuk membuka ruang- ruang belajar seluas-luas mungkin. Menurut Nizam cara terbaik untuk menghadapi masa depan untuk memperkirakan kondisi masa depan seperti apa itu sangatlah susah, kompetensi mahasiswa dihari esok harus kita siapkan, dan kesiapan kompetensi di masa depan sulit diprediksi pada saat ini, nah cara terbaik adalah dengan bersama- sama mempersiapkan hari esok dan masa depan, bagaimana menciptakan hari esok menyongsong masa depan yakni dengan cara membuka kemerdekaan dunia kampus dengan dunia kerja, dunia kampus harus kita kawinkan dengan dunia kerja agar kita mampu untuk menciptakan masa depan, mampu menciptakan dunia industri dan sains maupun menciptakan sistem sosial di masa depan. “ Ungkap Nizam.

Karena itu lanjut Dirjen Dikti revolusi Indonesia 5.0 harus diciptakan secara bersama-sama antara perguruan tinggi dengan dunia nyata, sinergi pentahelik harus dilakukan antara dunia akademik, dunia usaha dan dunia industri, pemerintah, masyarakat, media, semua pihak lanjutnya harus bersinergi bersama- sama untuk menciptakan masa depan. Mahasiswa selaku generasi penerus masa depan  bangsa dan      negara      perlu dipersiapkan kompetensinya, lingkungan sosialnya dan segala aspek kehidupannya. “nah inilah semangat dari kampus merdeka, yang telah digariskan oleh Ki Hajar Dewantoro 100 tahun lalu, jadi tujuan pendidikan itu tidak hanya memberikan ilmu pada anak didik atau mahasiswa, tetapi memerdekaan mereka, menciptakan mereka (mahasiswa) menjadi     insan merdeka yang berbudaya. Insan merdeka menurut Ki Hajar Dewantoro cirinya, yakni mampu berdikari/mandiri minimal mampu menghidupi diri sendiri, tidak bergantung pada     orang   lain,       dengan demikian mahasiswa kita mampu menata hari esok lebih baik, sangat sederhana tapi sangat bermakna. Kampus harus menjadi mata air bagi dunia industri, kampus harus menjadi mata air bagi perubahan sosial “ ungkap Prof. Nizam saat meluncurkan logo Kampus Merdeka di Jakarta Senin, 14 /09/2020. (bul)