APTISI Pusat nilai LLDIKTI Wilayah XII Ambon Memberikan Pelayanan Terbaik Kepada PTS.

Ambon,LLDIKTI12, Kepala LLDIKTI Wilayah XII, Dr. Muhammad Bugis, SE, M.Si menerima penghargaan APTISI Award 2020. Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Prof. Dr. Mahfud MD di Surabaya (29/01). APTISI AWARD diberikan APTISI Pusat setiap tahunnya bagi lembaga atau orang yang berkontribusi bagi dunia pendidikan.

Penghargaan diberikan kepada Dr. Muhammad Bugis, SE, M.Si ini karena dinilai Dr. Muhammad Bugis, Se, M.Si mampu memberikan pelayanan yang baik kepada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di wilayah Maluku dan Maluku Utara serta mampu menjaga hubungan yang baik pula dengan APTISI dan organisasi lainnya.

Turut hadir dalam dalam malam penganugerahan APTISI Award di Surabaya Jawaa Timur, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko)  Polhukam) Prof. Dr. Mahfud MD Mantan Ketua DPR RI, Dr. H. Marzuki Alie, Ketua APTISI Pusat, Dr. M. Budi Djatmiko beserta jajarannya.

Penghargaan yang sama juga diberikan kepada Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Kepala LLDIKTIWilayah  VII, Kepala LLDIKTI Wilayah IX dan Kepala LLDIKTI Wilayah X yang dinilai mampu menberikan pelayanan terbaik kepada perguruan tinggi swasta di wilayahnya.

Dr. Muhammad Bugis, SE, M.Si mengaku berbangga menerima penghargaan ini, menurutnya APTISI Award merupakan suatu ukuran bahwa LLDIKTI Wilayah XII Ambon senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada PTS dan semua pihak yang membutuhkan pelayanan dari LLDIKTI Wilayah XII.

Kendati demikian Dr. Muhammad Bugis, SE, M.Si menapik apa yang diraih bukanlah keberhasilan atau prestasi pribadinya. “bagi saya ini bukan kehebatan seorang Muhammad Bugis, tapi ini keberhasilan  semua  pihak  di LLDIKTI wilayah XII, jajaran Pimpinan dan Staf, Pimpinan PTS dan Pimpinan Yayasan, dosen dan semua pihak.” ungkap  Bugis di      hadapan pimpinan dan pegawai LLDIKTI wilayah XII Ambon sekembalinya dari Surabaya menerima penghargaan APTISI Award 2020.

Muhammad Bugis, memuji semua jajarannya sehingga LLDIKTI wilayah XII berhasil menyabet penghargaan ini, “Saya merasa bahagia dan bangga, sebab penghargaan ini merupakan bentuk penilaian yang obyektif atas pelayanan yang kami lakukan kepada masyarakat. Obyektif karena penilaian dilakukan langsung oleh APTISI yang notabene merupakan salah satu kelompok pengguna pelayanan LLDIKTI”, ungkapnya.

Penyerahan APTISI Award 2020 tersebut menjadi salah satu rangkaian kegiatan Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) ke-6 Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), yang mengangkat tema “Membangun SDM Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia yang Inovatif dan Produktif di Era Digital” di Surabya tanggal 28-30 Januari 2020.

Menko Polhukam, Prof. Mahfud MD dalam arahannya menyatakan bahwa jika dilihat dari konstitusi negara, terutama dari Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, disimpulkan bahwa pendidikan harus diselenggarakan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasar iman, taqwa, dan akhlak mulia.

Sementara itu dalam sambutannya, Ketua Umum APTISI Pusat, Budi Djatmiko mengatakan bahwa RPPP ke 6 APTISI ini dihadiri sekitar 350 perwakilan APTISI Provinsi dari seluruh Indonesia. Anggota APTISI terdiri dari pimpinan Perguruan Tinggi Swasta dan Yayasan sebanyak 4.650 anggota, yang memiliki 25.600 prodi. Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) ke-VI APTISI (Assosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) ini mengambil tema “Membangun SDM Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia yang Inovatif dan Produktif di Era Digital”. Dalam acara ini beberapa kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim, dan para anggota APTISI se-Indonesia telah hadir.

Menurut Dr Budi Djatmiko pihaknya bersyukur karena Mendikbud merespon usulan APTISI agar mau menghilangkan akreditasi untuk program studi dan mengurangi jumlah mahasiswa masuk ke PTN. Alasannya supaya tidak terlalu membebani pemerintah untuk mensubsidi. “Rata- rata subsidi mahasiswa PTN itu bisa mencapai 30-40 juta per semester padahal kalau di PTS jauh dibawah  angka itu,” ungkapnya.

Di sisi lain, hal itu juga sejalan dengan keinginan pemerintah yang ingin perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk peringkat 100 besar dunia karena saat ini baru menembus 350 besar perguruan tinggi dunia. “Syaratnya bagaimana bisa menarik mahasiswa asing dan karyanya masuk dunia. Makanya kita usul PTN konsen program S2 dan S3 dan PTS tingkatkan APK yang rata-rata masih 3,61% kalah dengan Malaysia,” dalih Djatmiko.

Kendala lain yang dihadapi PTS, kata Djatmiko adalah belum otonom full sehingga kesulitan menutup prodi padahal peminatnya sudah jarang. Solusinya PTS diminta menggandeng kerjasama dengan perusahaan multinasional dan PT rangking 100 dunia. “Industri butuh tenaga kerja kalau pertumbuhan ekonomi kita diatas tujuh persen, padahal Indonesia baru kisaran lima persen sehingga diharapkan ada insentif dan kebijakan investasi link and match antara dunia pendidikan dan industri,” harap ketum APTISI. Ia mengakui banyak PTS dan prodi yang tutup, seperti Prodi Sekretaris yang tersebar pad lima puluh delapan (58) PTS, Perbankan sebanyak 90 PTS tutup dan Perjalanan Wisata sebanyak 35 PTS tak ada mahasiswanya karena kalah dengan traveloka. “APTISI harus bisa membuka pendidikan jarak jauh, jika tidak akan kalah dengan perkembangan zaman atau bahkan harus dimerger. Inilah yang akan dibahas dalam RPPP ke 6 APTISI di Surabaya sekaligus RPPP terakhir karena enam bulan kedepan akan dilaksanakan Munas,” pungkas Budi Jatmiko.(bul)