Nur Latifah: “Kegigihan & kekuatan Doa Orangtua membawaku ke Negeri Kangguru”

Nama saya Nur Latifah, yang artinya “cahaya yg lemah lembut”. Saya adalah anak ke 3 dari 4 putri bersaudara. Berhubungan dengan arti nama, orang mengira bahwa saya orangnya lembut serta penurut tetapi hal itu berbeda dengan kenyataannya, yang cenderung keras kepala, … he he. (wah ketahuan dech,…). Sebelum study ke Australia, saya mengajar di Universitas Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang dan juga teachers’ trainer untuk LAPIS ELTIS Project.

Dilahirkan di Bogor, dengan latar belakang militer yang notabene dituntut dengan berbagai macam kedisiplinan serta aturan, dan juga seringnya orang tua berpindah tugas mempengaruhi saya untuk selalu mandiri dan ‘kekeuh’ dengan keputusan yang diambil. Begitu juga dalam menentukan kelanjutan study saya. Th 1997 saya kuliah di STAIN Malang jurusan bahasa dan sastra inggris, dan disaat itu juga orangtua mulai pensiun dan krisis moneter melanda Indonesia. Bisa dibayangkan bahwa orang tua saya bingung dan berpikir bagaimana supaya keempat putrinya harus tetap melanjutkan study ke jenjang perguruan tinggi.

Ayah saya membuang ijazah serta dokumen kelulusan didepan saya sambil berteriak, “KAMU DI RUMAH ATAU KEMBALI KE MALANG DENGAN SYARAT LUPAKAN AYAH SELAMANYA!!!”
Ibarat petir yang menyambar, saya langsung ambil semua dokumen dan memeluk ibu. Saya peluk ibu dan menangis sepuasnya. Di saat hati galau dan pikiran berkecamuk dan sambil tetap memeluk ibu, ibu membisikkan ke telinga Berangkatlah anakku, doa dan restu ibu selalu ada untukmu..

Akan tetapi dengan keadaan seperti itu study saya tidak boleh berhenti, dan juga impian harus terwujud. Alhamdulilah, dengan berbekal sedikit ilmu dan aktif dalam setiap organisasi, semester 3 saya diperbantukan menjadi asisten pengajar bahasa arab dan juga mengisi beberapa kajian di kampus lain. Begitu juga saya mendapatkan beasiswa SUPERSEMAR selama 2 semester, sehingga bisa membantu meringankan beban orangtua dalam pembiayaan. Akhirnya alhamdulilah dengan perjuangan, kegigihan serta tekad, kuliah saya S1 selesai hanya 3,5tahun.

Setelah dinyatakan lulus menjadi sarjana sastra dengan predikat cumlaude, orangtua meminta saya untuk kembali dan mengamalkan ilmu di lingkungan skitar. Akan tetapi hati kecil menolak, saya harus kembali ke Malang dan meraih mimpi untuk bisa study lagi.

Dalam benak saya tertancap kuat bahwa “ Allah tidak akan merubah nasib seseorang jika dia tidak merubahnya sendiri”.

Akhirnya pertengkaran antara ayah dan anak pun terjadi, saya teringat ketika ayah saya membuang ijazah serta dokumen kelulusan didepan saya sambil berteriak, “kamu dirumah atau kembali ke Malang dengan syarat lupakan ayah selamanya”. Ibarat petir yang menyambar, saya langsung ambil semua dokumen dan memeluk ibu. Saya peluk ibu dan menangis sepuasnya. Saya berfikir “jika ayah murka dan tidak mengizinkan saya tuk mengejar impian itu, apakah ALLAH ridha”. Bukankah ridha ALLAH ada pada ridha orang tua juga?. Di saat hati galau dan pikiran berkecamuk dan sambil tetap memeluk ibu, ibu membisikkan ke telinga “ berangkatlah anakku, doa dan restu ibu slalu ada untukmu”. Subhanallah…(trimakasih ya ALLAH..,kudapatkan ridhoMU lewat bisikan lembut ibuku).

Berangkatlah saya tuk mengejar  impian itu hanya dengan restu ibu, setelah kembali ke Malang saya ikut tes perekrutan tenaga pengajar di almamater saya, dari 15 orang yang mendapatkan nilai cumlaude hanya akan diambil 3 orang. Dan Alhamdulilah, saya termasuk dalam 3 orang tersebut. Dengan hati yang dipenuhi suka cita, saya kabarkan ke orang tua -skaligus saya ingin meminta maaf pada ayah- atas semua kesalahan pada waktu itu. Ternyata ALLAH mendengar permintaan saya, ayah memaafkan serta meridhoi saya tuk menggapai impian itu, Subhanallah…

Selain diterima sebagai tenaga pengajar, saya juga diberi amanah untuk mengasuh mahasantri di Ma’had Al Ali UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai Murabbiyah,..Allahu Akbar, Inikah rahasia ALLAH bila restu orangtua slalu menyertai kita?

Hampir 10 tahun saya menjadi pemburu beasiswa, dari mulai beasiswa DEPLU, DEPKOMINFO, AMINEF, STUNED, Monbukagasho bahkan ADS. Dan saya slalu gagal di saat interview,..mungkin kurang meyakinkan kaliiiii jawabnya he he..

Dalam meraih beasiswa ADS ini, saya sudah mencoba yang ke 3 kali setelah akhirnya lolos. Pada tahap applikasi yang pertama dan kedua, saya gagal juga dalam sesi interview, dan kegagalan itu sangat membuat saya terpukul dan hilang motivasi utk meraih impian. Sehingga untuk yang ke tiga kalinya saya sudah enggan untuk mendaftar lagi, karena pada saat itu saya dalam kondisi hamil tua untuk anak pertama setelah 5tahun menunggu. Ternyata ALLAH berkehendak lain,..orangtua dan suami yang sering memompa semangat saya untuk mewujudkan impian yang belum teraih. Seminggu sebelum prediksi kelahiran, saya mengisi form aplikasi ADS dengan ditemani ibu yang sedang sholat tahajud pada tengah malam. Tak terasa air mata menetes disaat sayup sayup saya mendengar ibu mendoakan saya. Ya ALLAH,….Betapa bersalahnya saya jika tak bisa membahagiakan orangtua dengan mewujudkan mimpiku?.. Dengan iringan do’a orangtua, serta semangat yang muncul kembali saya berjuang antara menunggu kelahiran yang tinggal menghitung hari dengan mempersiapkan kelengkapan dokumen yang diperlukan. Tepat disaat kelahiran putra saya, applikasi dikirimkan dan saya sudah tidak terpikirkan lagi apakah saya lolos atau tidak, karena bahagia mendapatkan anugerah momongan. Waktu berjalan begitu cepat, apalagi disibukkan dengan mengajar, mengasuh anak serta mengisi teachers training untuk LAPIS ELTIS Project, sehingga saya hampir lupa tentang dateline pengumuman ADS. Akhirnya teman mengingatkan saya untuk melihat hasil pengumuman tersebut dan Alhamdulilah, nama saya masuk shortlisted untuk interview dan test IELTS. Dikarenakan saya sudah punya pengalaman 2 kali gagal dalam sesi interview, saya tidak berantusias dalam menyiapkan interview dibandingkan sebelumnya, karena saya berfikir pasti gagal lagi. Tetapi orangtua dan suami yang tetap memberikan semangat untuk selalu mempersiapkan test interview tersebut dan slalu mengambil hikmah atas kegagalan yang sudah pernah dialami. Benar juga apa yang dikatakan orangtua, bahwa setiap kegagalan pasti ada hikmahnya. Setelah interview dijalani, kembali saya disibukkan dengan rutinitas yang ada.

Dalam kondisi hamil tua untuk anak pertama setelah 5tahun menunggu. Ternyata ALLAH berkehendak lain,..Seminggu sebelum prediksi kelahiran, saya mengisi form aplikasi ADS dengan ditemani ibu yang sedang sholat tahajud pada tengah malam. Tak terasa air mata menetes disaat sayup sayup saya mendengar ibu mendoakan saya. Ya ALLAH,….Betapa bersalahnya saya jika tak bisa membahagiakan orangtua dengan mewujudkan mimpiku?..

Tepat setelah memberikan materi training, saya dikabarin lewat telpon oleh seseorang bahwa “Latifah, kamu lolos interview dan berhak mendapatkan beasiswa ADS”. Subhanallah..betapa Agungnya kebesaran serta kehendakMU ya Rabb,

Seakan terbang jauh ingatan saya ‘disaat terbayang ayah saya murka dengan membuang ijazah serta smua dokumen kelulusan’, dan sekarang saya mendapatkan mimpi itu untuk membahagiakaan beliau. Tak henti2 nya sujud syukur dan tetesan airmata atas ketidak percayaan saya menerima nikmat ALLAH yang begitu besar untuk bisa study ke Luar negeri. Dan seketika saya mengabari orangtua dan beliau menangis atas kebahagiaan saya mendapatkan beasiswa. Apakah ini jawaban ALLAH atas kegigihan yang diiringi restu dan doa orangtua untuk saya? Setelah saya mendapatkan anugerah momongan, ditambah lagi anugerah untuk mendapatkan beasiswa ADS, …. Subhanallah…

Begitulah sepenggal cerita saya dalam menggapai mimpi untuk mendapatkan beasiswa. Berawal dari mimpi, pintu kesuksesan akan terbuka. Jangan ada kata “menyerah” sebelum mimpi itu terwujud. Kegigihan dan keuletan adalah separuh dari usaha, selebihnya adalah DOA. Rasa terima kasih yang tak terhingga kupersembahkan untuk kedua orangtuaku, serta suami yang selalu memberikan motivasi untuk terus berjuang menggapai mimpi mimpi yang lain.

Facebook: ‘Ifa’ Latifah